Pasca Sarjana UNJ Angkatan X

Media Komunikasi dan Diskusi Ilmiah Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta Angkatan X

Minggu, 02 Januari 2011

Maksimalkan 3Q Anda!


eramuslim - Seorang ahli psikologi, Joseph Harry, baru-baru ini mengeluarkan satu teori bahwa selain IQ (intelligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient), ada unsur lain yang memiliki pengaruh besar dalam keberhasilan hidup atau karir seseorang. Dalam bukunya Managing Partner Harry, Doyle Consultant, diterangkan adanya AQ (adversity Quantity).
Ia memulai penelitiannya dari kenyataan bahwa seseorang yang memiliki IQ tinggi namun seringkali mengalami kegagalan dalam karir kerja, dalam beradaptasi di lingkungan, dan rasa sosialisasi yang rendah. Hal ini menyebabkan dibutuhkanya EQ dalam diri individu. Dengan EQ, individu dapat mudah beradaptasi, memiliki rasa empati yang tinggi, mudah menguasai diri, mengasah naluri, berkomunikasi, dan tenang dalam mengambil keputusan.
Selanjutnya penelitian berkembang dengan adanya fakta lain yakni semakin tinggi karir individu, maka semakin banyak masalah yang dihadapi, dan hal inilah yang mendorong para HRD (Human Resource Development) Supervisor mencari pegawai dengan nilai plus AQ (Adversity Quantity) artinya orang yang tangguh, tenang menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari alternatif solusi masalah tersebut.
Lantas bagaimana bila semua teori diatas diterapkan kepada seorang pribadi muslim? Jauh sebelum teori-teori ini lahir, Al-Qur’an telah lebih dulu memberikan arahan agar seorang muslim sejati bisa berhasil di kehidupan dunia dan akhirat. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dengan karunia-Nya, dianugrahinya manusia dengan akal dan hati yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain ciptaan-Nya. “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS As-Sajdah 32:9).
Semua manusia diperintahkan untuk memakai akal pikirannya untuk berusaha survive di dunia dan menggapai kebahagiaan akhirat. Itu berarti pula seseorang yang memiliki IQ tinggi namun belum dipakai untuk berfikir maka ia akan mengalami kegagalan. Berapa banyak Allah mengakhiri ayat-ayat dalam Al-Qur’an dengan kata “…bagi orang-orang yang berpikir” atau “…..bagi orang-orang yang berakal”. Allah tidak menyebutnya bagi orang-orang pintar atau ber-IQ tinggi, tetapi bagi orang-orang yang bisa menggunakan akalnya sesuai fitrahnya. Ia belajar ilmu alam, sekaligus ia berfikir tentang ke-Maha Besaran Allah menciptakan alam semesta. Ia belajar ilmu pasti, semakin yakin bahwa masih banyak yang belum manusia ketahui dari segala rahasia yang Allah ciptakan. Ia belajar ilmu sosial, semakin banyak ia bersyukur atas kekuasaan Allah yang menciptakan berupa-rupa sifat pembawaan manusia dengan segala keunikan sosialnya.
Seperti itulah manusia yang berfikir dan berakal, menggunakan akalnya untuk semakin memahami kekuasaan Allah. Selain itu apakah cukup seperti itu? Tentu tidak. Allah memerintahkan manusia bukan hanya pandai menjalin hubungan dengan Allah Sang Khalik (Hablumminallah) tetapi juga harus mampu menjalin hubungan sesama manusia (hablumminannas). Inilah ajaran Islam yang memerintahkan seorang muslim harus pandai mengasah Emotional Quotient (EQ) selain IQ. Seorang muslim harus bisa melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Bagaimana ia harus bersikap kepada tetangganya baik muslim atau nonmuslim. Lalu bagaimana ia harus memuliakan tamu. Bahkan seorang atasan harus bersikap adil terhadap bawahannya, sehingga hak dan kewajiban kedua belah pihak dapat dijalankan. Seperti dalam membayar upah/gaji sesuai dengan waktu yang telah disepakati, sesuai sabda Rasulullah Saw, ”Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum keringatnya mengering.” (HR. Ath-Thabrani dan Baihaqi). Atau perintah untuk bersikap adil dalam sabda Rasulullah Saw, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah ia mendzaliminya dan jangan pula membiarkannya dizalimi. Barangsiapa yang memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya.” (HR. Bukhari).
Seorang atasan akan memberikan peluang bagi bawahannya untuk terus mengembangkan diri dan mengasah kemampuan, hingga akan terlahir pekerja-pekerja yang professional. Sabda Rasulullah Saw, ”Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang bekerja secara profesional.” (HR Abu Ya’la). Sedangkan untuk bawahan, ia harus pula berusaha bersikap ihsan (merasakan pengawasan Allah dimanapun berada) dan rasa tanggung jawab kepada Allah. Hingga akan lahir tanggung jawab dalam setiap menyelesaikan pekerjaan, bukan hanya ingin dilihat atasan. Selain itu kesadaran tinggi untuk terus belajar, mengasah kemampuan agar profesional dalam pekerjaannya. Dari rasa ini akan lahir pula sifat jujur, rajin, dan profesional.
Selanjutnya seorang muslim diperintahkan untuk tidak mudah berputus asa, bila ternyata banyak hal yang ia dapati di dunia ini tidak sesuai dengan keinginannya. Allah memerintahkan kita untuk berdo’a plus berusaha, sedangkan untuk keputusan hasilnya itu Allah yang mengatur dan menetapkan. Firman Allah Swt, ”Dan katakanlah: ”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah:105). Dengan sifat yang tidak mudah berputus asa dan senantiasa menyerahkan apapun keputusannya pada Allah, menjadikan seorang muslim akan bersikap tenang dalam menghadapi setiap masalah.
Dengan sikap tenang, menjadikannya mudah berfikir logis hingga pada akhirnya akan memudahkan terselesaikannya segala permasalahan. Bila emosi sedang naik, ingatlah sabda Rasulullah, cara-cara meredakan emosi yakni duduk, tidur, bila belum juga reda, ambil air wudhu lalu shalat dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan jalan keluar, maka akan melahirkan sugesti dalam diri yang memudahkan kita tetap “bertahan” menghadapi permasalahan. Inilah teori AQ yang diketengahkan Al-Qur’an. Untuk itu tunggu apa lagi, maksimalkan 3Q anda sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.
Ervin Hidayatiummu_fatih@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar